Apakah Anda pernah mendengar peperangan yang satu ini? Meskipun perang Mohacs tidak setenar penaklukan Konstantinopel, namun pertempuran antara Kaum Muslimin yang di pimpin oleh Sulaiman Al Qonuny dengan Tentara Salib yang dipimpin Raja Hungaria Luis II ini menjadi salah satu wajah ketangguhan Islam dan Muslimin dimata Dunia.
Perang Mohacs ini terjadi pada tanggal 21 Dzul Qa`dah 932H atau 29 Agustus 1526 M menjadi pukulan telak bagi kaum salibis yang mengingkari perjanjian dan meremehkan kekuatan Muslim atau Khilafah Utsmaniyah yang saat itu di pimpin seorang anak muda. Mungkin ini adalah salah satu penyebabnya mengapa mereka berani meremehkan Utsmaniyah, karena pemimpinnya adalah pemuda yang belum “cukup umur” sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa pada saat itu Muslim lemah dan akan mudah untuk dikalahkan.
Perang ini berawal dari terbunuhnya utusan Sultan Turki Utsmani yang akan mengambil Jizyah (pajak) dari Raja Hungaria saat itu, Raja Luis II yang sudah turun-temurun sampai masa Sultan Salim I. Karena Raja Luis merasa pengganti Sultan Salim I, yaitu Sultan Sulaiman Al Qonuny adalah anak belia yang tidak mungkin bisa memegang kendali turki sekuat pada masa Ayahnya dulu. Maka Raja Luis membuat kesalahan yang besar, yaitu dengan membunuh utusan Sultan. Pembunuhan tersebut juga mendapat dukungan dari Vatikan, oleh karenanya Raja Luis berani dengan sombongnya melanggar dan melawan arus.
Mengetahui bahwa utusannya dibunuh, ini membuat api kemarahan Sultan Sulaiman membara tidak terbendung. Sang Sultan merasa ini adalah bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap Khilafah yang tidak bisa dimaafkan, dan jalan penyelesaiannya adalah peperangan. 100.000 Mujahid Islam disiapkan, 350 meriam dan 800 kapal perang disiapkan sang Sultan sebagai bentuk keseriusannya menjaga marwah Turki Utsmani.
Raja Luis II mengetahui bahwa apa yang telah dilakukannya akan berdampak besar, perang tidak bisa dihindarkan. Oleh karenanya ia menyiapkan pasukan yang lebih besar dari jumlah Pasukan Turki Utsmani. 200.000 pasukan berkuda, 35.000 diantaranya lengkap dengan senjata dan baju besi. Ini mereka dapatkan berkat bantuan dari Vatikan dan kerajaan-kerajan kecil lainnya yang membantu Raja Luis II untuk menghancurkan Dominasi Turki Utsmani di Dunia, kecuali beberapa kerjaan di Paris, dan Portugal yang tidak mau ikut campur dalam permasalahan dengan kaum Muslimin.
Tepat diwaktu Dhuha 21 Dzulqo`dah Sultan Sulaiman berdiri dihadapan kaum muslimin yang sudah siap menyambut panggilan jihad. Ia melihat gagahnya pasukan Muslimin berdiri sejauh matanya memandang. 100.000 pasukan berdiri rapi lengkap dengan peralatan perang bukanlah jumlah yang sedikit dan tentu membutuhkan tempat yang luas. Sultan Sulaiman mengucapkan kalimat yang membuat air matanya menetes,” Saya seperti dalam posisi Rasulullah menyaksikan kalian semua”.
Kalimat yang pendek namun mampu membuat seluruh kaum muslimin
menangis dan saling berpelukan satu sama lain, seraya mengingatkan untuk tetap
teguh dan berharap kepada Allah agar bersatu di Surga-Nya kelak.
Kekuatan tawakal memenuhi
dada seluruh mujahid Islam ini, tidak ada yang mereka inginkan kecuali hidup
mulia atau mati syahid.
Dengan izin Allah, kekauatan tawakkal, dan strategi perang yang brilian, pasukan Muslim mampu meluluh lantahkan kepongahan barat tidak lebih dari 4 jam. Pasukan berkuda pilihan Sultan Sulaiman di garda paling depan langsung berhadapan dengan pasukan elit Barat, ketika ada isyarat tertentu pasukan terdepan itu tiba-tiba mundur semuanya kearah kanan dan kiri, pasukan meriam Sultan yang tidak disadari oleh pasukan Barat, mereka mengejar seperti angin topan.
100.000 pasukan Barat terjebak oleh strategi Sultan Sulaiman sehingga mereka tanpa sadar berada di tengah-tengah meriam pasukan muslimin dan langsung menghujaninya dari setiap penjuru tanpa ampun, mereka luluh lantah seperti semut di ranting yang dibakar api.
Ribuan Tentara Barat yang masih di belakang lari kabur terbirit-birit dan tenggelam mati di sungai danube, termasuk Raja Luis II.
Berakhirlah perang dengan tewasnya Raja Hongaria Louis II beserta para uskup tujuh orang yang mewakili Nasrani dan utusan Paus, serta 70 ribu pasukan. Disamping itu, 25.000 ditawan dalam keadaan terluka.
Seperti yang sudah disampaikan diatas, bahwa saat mengetahui
utusannya di bunuh. Sultan Sulaiman marah, oleh karena itu pasukan Luis II
mengalami kalah telak. Banyak pasukanya yang tertangkap dalam kondisi
luka-luka. Sultan Sulaiman memerintahkan untuk mengobati seluruhnya dan apabila
sudah sembuh mereka diberikan pakaian perang kembali. Sang Sultan berseru
dengan gagah dan lantang ” Hari ini tidak ada tawanan perang!”. Tidak
ada tawanan perang, artinya pasukan Luis yang di tangkap kembali diberikan
pakaian perang dan diajak berduel.
Muslimin memasuki Budapest, Ibu Kota Hungaria dengan lantunan takbir bertepatan dengan Idul Adha setelah mereka lantunkan hal yang sama di Belgrade Serbia.
Kemenangan Utsmaniyah menyebabkan perpecahan Hongaria selama beberapa abad di antara Kesultanan Utsmaniyah, Monarki Habsburg dari Austria dan Kerajaan Transilvania. Kematian Lajos II ketika menyelamatkan diri dari pertempuran menandakan akhir dinasti Jagiellon.