Orang yang bertaubat dari dosa dan kesalahan secara bersungguh-sungguh atau taubat nasuha, ternyata mendapat tempat mulia di sisi Allah. Sebagaimana firman Nya dalam Alqur’an:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Allah menegaskan bahwa Dia mencintai orang-orang yang senantiasa bertaubat dan kembali ke jalanNya. Pada masa Rasulullah SAW, ada satu kisah menakjubkan tentang seorang perempuan pezina yang bertaubat.
Imran bin Al-Husain Al-Khunza radhiallahu ‘anhu (RA)
menceritakan, ada seorang wanita dari Juhainah masuk ke pintu masjid menemui
Rasulullah SAW. Perempuan itu datang dengan perlahan, berjalan dengan rasa
gentar dan takut, dia melupakan aib dan keburukannya. Sembari menepis takutnya
kepada manusia dia sampai kepada Rasulullah, kemudian dia berdiri di hadapan
beliau, dan mengabarkan kepada Rasulullah bahwa dia telah berzina.
“Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang mewajibkan adanya)
hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!” kata perempuan itu.
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah? Apakah beliau meminta persaksian dari para
sahabat atas wanita tersebut? Ternyata tidak, wajah Beliau memerah dan
memalingkannya ke arah kanan, diam seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu.
Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi
perempuan itu adalah perempuan istimewa, perempuan yang keimanannya telah
menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga
engkau melahirkannya.”
Berlalulah bulan demi bulan, perempuan itu mengandung putranya selama 9 bulan,
kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, dia datang membawa
anaknya yang tengah diselimuti kain dan berkata:
“Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah
melahirkannya, maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak perempuan tersebut, sementara hati beliau
tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau
menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang akan
mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya?
Maka Nabi SAW bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah
menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka perempuan itupun kembali ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan
tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti
kokohnya gunung. Tahun bergulir berganti tahun. Kemudian perempuan itu datang
dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti.
Perempuan pezina itu berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya,
maka sucikanlah aku!”
Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang
membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian
tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut dari
antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan
langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak. Akhirnya perempuan itu
dirajam dan wafat dalam keadaan bertaubat.
Nabi SAW bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia
adalah temanku di surga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar
wanita tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam, kemudian
beliau mensalatinya. Maka berkatalah Umar bin Khattab: “Anda menshalatinya
wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.”
Maka beliau bersabda: “Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat,
seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka
taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih
utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah?” (HR Muslim, Imam Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah. Sesungguhnya itu adalah
perasaan takut yang terus menerus berada pada diri perempuan mukminah itu saat
dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan. Dia telah berbuat dosa, akan tetapi
dia berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi iman, dan jiwa yang
digerakkan oleh hinanya maksiat.
Demikian kisah taubatnya pendosa yang sangat menakjubkan. Dia bertaubat dan
rela berkorban demi kembali kepada Allah. Sesungguhnya inilah taubat sejati
para hamba-hamba Allah. Jika syariat islam ditegakan tentulah bukan hanya efek
jera yang akan didapatkan untuk pelaku maksiat, namun apabila ia bertaubat
merekapun akan mendapatkan ampunan yang sangat luas dari Allah S.W.T
Wallahu’alam Bishawab.